02 September 2009

LATIHAN SOAL VOCABULARY

Fill in the blanks in each sentence with two or three words that have the same sound but different spelling and different meanings. The number of blanks equals the number of letters in the missing word.

1. Our team _ _ _ ..._ _ _ game and lost three games.
2. They agreed _ _ play _ _ _ more games next week, _ _ _.
3. The _ _ _ _ golfers watched _ _ _ the ball when they heard someone shout “_ _ _ _!”
4. The four of us were so hungry that we _ _ _ ..._ _ _ _ _ hamburgers.
5. Each player _ _ _ _ _ the ball _ _ _ _ _ _ the hoop at least once.
6. As we approached the coast we could _ _ _ the _ _ _.
7. Anna had _ _ many things to _ _ _ on her new machine that she had no time to _ _ _ any
seeds in the garden.
8. At the airport the guide said, “Come this _ _ _ so they can _ _ _ _ _ your luggage.”
9. We had to _ _ _ _ in line until they determined the _ _ _ _ _ _ of our bags.
10. We _ _ _ _ the boat to the dock so it wouldn’t go out when the _ _ _ _ came in.
11. Unfortunately, we did _ _ _ put a very good _ _ _ _ in the rope, and it came unfastened.
12. The people on the safari _ _ _ _ _ that a _ _ _ _ of elephants was headed their way.
13. If you sit _ _ _ _ very quietly, you can _ _ _ _ the wind blowing through the trees.
14. The man in the _ _ _ coat _ _ _ _ the notice to me.
15. We _ _ _ _ on horseback through the tall grass until we came to the _ _ _ _ that led to the town.
16. Everything looked so familiar; it was as if we had _ _ _ _ that _ _ _ _ _ before.
17. We went to where they were selling boats, and _ _ _ _ ..._ _ _ _ boats had a sign on them that said “_ _ _ .._ _ _ _ .”
18. The students _ _ _ _ _ in their notebooks the sentences that they had learned by _ _ _ _ .
19. The wind _ _ _ _ the rain clouds away, leaving a clear _ _ _ _ sky.
20. The father said, “I will sit in the shade out of the hot _ _ _ ’_ ..._ _ _ _ while my _ _ _ _ ..._ _ _ _ _ the roof on the house.”

Read More..

Pandai Saja Tidaklah Cukup

SEMUA ORANG SUKA DENGAN KATA SUKSES. SEMUA ORANG INGIN SUKSES. TETAPI KENYATAANNYA TIDAK SEMUA ORANG BISA SUKSES. PERTANYAANYA APA SIH SEBENARNYA SUKSES?

Masih ingatkah kita siapa siswa yang lulus dengan nilai terbaik di SMU dulu? Atau masih ingatkah kita pada sang juara kelas, yang memiliki indeks kumulatif 4, yang sepertinya ditakdirkan untuk terus-menerus menjadi juara bertahan? Mungkin kita tidak tahu bagaimana kelanjutan kisah para remaja yang memiliki prestasi akademik tinggi ini, tetapi mungkin saja kita bisa menyebutkan satu atau dua nama yang terus mencatatkan prestasi hebat. Mungkin saat ini mereka sudah menjadi bos di perusahaannya sendiri, atau menjadi pemimpin terkemuka dan sangat disegani dalam komunitasnya. Tetapi dulu, siapa yang bisa menduganya? Mungkin mereka lulus ujian hanya dengan nilai pas-pasan. Bintangnya baru bersinar terang setelah mereka berada di dunia yang sebenarnya.



Bukan rahasia lagi bahwa tidak semua orang memiliki bakat yang cocok dengan sistem pendidikan yang cenderung merupakan model yang dibatasi dalam mengukur prestasi. Padahal kita tahu, sejarah dunia dipenuhi oleh orang-orang genius dan sukses, baik wanita maupun pria yang dulunya pernah terpuruk atau tidak berprestasi di sekolah, dan diabaikan oleh guru bidang studi dan sering dipanggil oleh guru BK ( Bimbingan dan Konseling). Namun demikian, meskipun sudah banyak bukti yang meyakinkan, masyarakat tetap saja berkeyakinan bahwa sukses di sekolah berarti sukses dalam kehidupan selanjutnya atau setidaknya di tempat kerja. Padahal yang terjadi sebenarnya tidaklah demikian. Bahkan dalam beberapa kasus, ada orang yang dianugerahi kemampuan intelektual yang lebih tinggi daripada orang kebanyakan, tetapi menemui kegagalan hidup, sementara orang lain dengan bakat biasa-biasa saja ternyata malah berhasil. Pertanyaan kita sekarang, mengapa demikian?
Jawabanya adalah tidaklah cukup orang hanya mengandalkan IQ tetapi juga harus dibekali EQ dan SQ yang memadai dalam kehidupannya. Bahkan ada argumentasi, untuk mengembangkan kecerdasan kognitif sampai puncaknya, pada awalnya dibutuhkan kecerdasan emosional yang memadai. Mengapa? Karena secerdas apapun kita, jika kita membuat kesal orang lain dengan perilaku kasar, tidak tahu cara membawa diri, atau ambruk ( down ) hanya karena stres sedikit saja, tak seorangpun akan betah berada di sekitar kita sehingga mereka tak akan pernah tahu setinggi apa IQ kita.
Lalu apa sebenarnya EQ ( Emotional Quotient )? Kecerdasan emosional biasanya kita sebut sebagai ”street smarts(pintar)” atau kemampuan khusus yang kita sebut ”akal sehat”, terkait dengan kemampuan membaca lingkungan politik dan sosial, dan menatanya kembali; kemampuan memahami dengan spontan apa yang diinginkan dan dibutuhkan orang lain, kelebihan dan kekurangan mereka; kemampuan untuk tidak terpengaruh oleh tekanan; dan kemampuan untuk menjadi orang yang menyenangkan, yang kehadirannya didambahkan orang lain.
Apa saja yang terdapat dalam kecerdasan emosional? Antara lain : Ranah Intrapribadi, ranah antarpribadi, hubungan antar pribadi, sikap asertif, aktualisasi diri dan lain-lain. Namun dalam kesempatan ini hanya beberapa aspek saja yang akan kita bahas.
Ranah Intrapribadi : Ranah kecerdasan emosional ini terkait dengan apa yang disebut sebagai ”inner-self” ( diri terdalam, batiniah). Dunia intrapribadi menentukan seberapa mendalamnya perasaan kita, seberapa puas kita terhadap diri sendiri dan prestasi kita dalam hidup. Sukses dalam ranah ini mengandung arti bahwa kita bisa mengungkapkan perasaan kita, bisa hidup dan bekerja secara mandiri, tegar, dan memiliki rasa percaya diri dalam mengemukakan gagasan dan keyakinan kita. Maka Kenali Diri Sendiri! Sebab kesadaran diri adalah fondasi tempat dibangunnya hampir semua unsur kecerdasan emosional. Sudah jelas, kita tidak mungkin bisa mengendalikan sesuatu yang tidak kita kenal. Kita haruslah peka terhadap bahasa tubuh kita (gejala tubuh) Misalnya: perasaan marah gejala tubuh kita : bertolak pinggang, jantung berdetak keras; perasaan geram gejala tubuh kita: tangan mengepal; Murka gejala tubuh kita : pandangan tajam dan dingin, berbicara lantang dan cepat. Dengan mengenali dan memperhatikan gejala tubuh kita tadi memugkinkan kita untuk dapat mengendalikannya dan merubahnya menjadi perasaan yang sejuk. Sebab jika kita tidak menyadari perbuatan kita, alasan kita melakukannya, dan hal itu bisa merugikan orang lain, kita tidak akan dapat mengubahnya.
Ranah Antarpribadi : Ranah kecerdasan emosional ini berhubungan dengan apa yang dikenal sebagai ketrampilan berantaraksi. Mereka memahami, berantaraksi, dan bergaul dengan baik dengan orang lain dalam berbagai situasi. Apa kuncinya agar kita bisa memiliki ketrampilan berantaraksi dengan baik? Kuncinya adalah ”EMPATI”. Empati adalah kemampuan untuk melihat dunia dari sudut pandang orang lain, kemampuan untuk menyelaraskan diri dengan yang mungkin dirasakan dan dipikirkan orang lain tentang suatu situasi—betapapun berbedanya pandangan itu dengan pandangan kita. Orang kadang salah menafsirkan kata empatik yaitu dengan mengutarakan pernyataan yang sopan dan menyenangkan seperti pada umumnya. Padahal bukan ini yang dimaksud dengan empati. Empati pada dasarnya mengakui bahwa pihak lain memiliki pendapat sendiri. Dengan ungkapan yang empatik, kita mengakui keberadaan pendapat itu tanpa menyampaikan pendapat mengenai keabsahannya. Kita bisa memberikan empati pada orang lain dengan teknik : ” Perasaan – Merasakan – Berpendapat”
Hubungan Antarpribadi : Kemampuan membina dan memelihara hubungan yang saling memuaskan yang ditandai dengan keakraban dan saling memberi serta menerima kasih sayang. Unsur kecerdasan emosional ini tidak hanya berkaitan dengan keinginan membina persahabatan dengan orang lain, tetapi juga dengan kemampuan merasa tenang dan nyaman berada dalam jalinan hubungan tersebut. Dalam menjalin hubungan dengan manusia, mari kita mengingat bahwa kita tidak berhubungan dengan makhluk logika saja tetapi lebih dari itu kita berurusan dengan makhluk yang penuh emosi, makhluk yang penuh dengan prasangka, dan dimotivasi oleh rasa bangga dan sombong. Oleh karenanya kita harus menggunakan teknik ” Kalau Anda Ingin Mengumpulkan Madu, maka Jangan Tendang Sarang Madunya” . Dari teknik ini kita mendapatkan prinsip dalam berhubungan dengan manusia, yaitu ” Jangan mengkritik, mencerca dan mengeluh. Sebagai ganti mencerca orang , mari kita coba untuk memahami, mengerti mereka. Mari kita berusaha mengerti mengapa mereka melakukan apa yang mereka lakukan. Hal itu jauh lebih bermanfaat dan menarik minat daripada kritik, dan hal itu akan melahirkan simpati, toleransi dan kebaikan hati. Untuk benar-benar mengenal semua, kita harus memaafkan semua. Bukankah Tuhan tidak menghakimi orang hingga tiba pada akhir hari-harinya . Apabila kita hendak mengkritik untuk tujuan positif, korektif dan membangun, berikut prinsip yang harus diikuti :
Jangan pernah mengkritik didepan umum
Mulaiah kritik dengan pujian
Kritiklah perbuatannya, jangan orangnya
Berikan solusi
Akhiri dengan perkataan yang bersahabat

Akhirnya, dan mungkin yang terpenting, orang menjadi senang ketika mengetahui bahwa EQ bukanlah harga mati yang bersifat permanen tetapi EQ dapat terus ditingkatkan berapapun usia kita. Sebab semakin tinggi kecerdasan emosi kita, semakin besar kemungkinan kita untuk sukses baik sebagai anak, orang tua, pekerja, siswa, dll. Dan kita harus mampu membebaskan diri dari belenggu-belenggu yang membatasi diri kita untuk selalu berkembang.


SELAMAT, SEMOGA SUKSES


Bibliography :
Ledakan EQ
By Stven J Stein,PhD
The Magic of Thinking Big
David & J Schwartz
How to Win Friends and Influence People
Dale Carnegie
People Skills for Life
By Easy PEASEY
Piano On The Beach
By Jim Dornan
Skill with People
By Les Giblin


Read More..

Belajar Bahasa Inggris

Banyak orang ingin bisa berbicara bahasa Inggris, khususnya pada era sekarang ini.

Read More..